i hope it will be helpful..
and than, I'm ask permission to person that I used the data for the benefit of a college assignment ..
thank you
thank you
please tell me if you've a trouble when you download this data..
ABSTRAK
Nama : Amira Wulandari
Kelas : 3DD04
Program studi manajemen keuangan ,
program DIII Bisnis dan Kewirausahaan
Universitas Gunadarma, 2012
Kata Kunci :
pertumbuhan perekonomian Bekasi
(30)
Penulisan ini dilakukan bertujuan
untuk lebih mengetahui bagaiman pertumbuhan prekonomian disekitar Kota Bekasi. Adapun
manfaat yang diperoleh yaitu, untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan usaha
didaerah Kota Bekasi dan sekitarnya.
Pertumbuhan perekonomian semakin
terlihat jelas di Bekasi. masyarakatpun semakin mandiri, membukan usaha sendiri.
Warabalapun tersedia bagi mereka yang belum memiliki ide usaha.
Modal bukanlah masalah yang terlalu
rumit karena kini ada lembaga pembiayaan. Namun masih saja ada masyarakat yang ragu
dan belum termotivasi untuk membuka usaha sendiri, maka dari itu dibutuhkan
andil pemerintah dalam penyuluhan UMKM.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Setiap Negara tentunya akan selalu
berkembang dan berusaha untuk selalu maju dalam segala sektornya, terutama
dalam sektor perekonomian. Karena itu, pastilah masing-masing wilayah di Negara
tersebut berusaha untuk maju dan berkembang, dengan kemampuannya masing-masing.
Indonesia sendiri merupakan salah satu
Negara di dunia yang masing dalam tahap berkembang. Begitu pula dalam sektor
perekonomiannya, yang semakin berkembang sekarang ini. Terhitung sejak masa
kemerdekaan pada tahun 17 Agustus 1945, hingga kini, bangsa Indonesia terus
menunjukkan pertumbuhan perekonomiannya, dengan perlahan, tapi pasti.
Masing-masing kota di Indonesia kini
sudah semakin maju dalam perekonomiannya. Salah satu kota yang sedang
berkembang di Indonesia adalah kota
Bekasi. Kota Bekasi merupakan kota yang tidak jauh dari Jakarta. Akan tetapi, dahulu
orang-orang menyebut Bekasi sebagai tempat pembuangan anak, berbeda sekali
dengan Jakarta yang disebut ibu kota Indonesia. Perlahan, Bekasi kini berubah
menjadi kota yang tidak kalah maju dengan Jakarta.
Namun tidak semua khalayak mengetahui
seperti apa perkembangan di Kota Bekasi, terutama dalam sektor perekonomiannya.
Yang mereka ketahui hanyalah Bekasi yang penuh dengan tumpukan sampah di daerah
Bantar Gebang. Karena alasan tersebut, maka penulis membuat tulisan yang
berjudul “PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI”
1.2
Landasan
Teori
1.2.1
Pengertian Pertumbuhan Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan
kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang
lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga
sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
1.2.2
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris,
sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu
kebijakan. Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang konsep
pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut:
1. Teori
Pertumbuhan Ekonomi Historis. Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
a. Werner
Sombart (1863-1947). Menurutnya,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:
Ø Masa
perekonomian tertutup. Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai
produsen sekaligus konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran barang atau jasa.
Masa pererokoniam ini memiliki ciri-ciri:
- Kegiatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
- Setiap
individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen
- Belum
ada pertukaran barang dan jasa
Ø Masa
kerajinan dan pertukangan. Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat,
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif akibat perkembangan peradaban.
Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan
pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini
menimbulkan pertukaran barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa
ini belum didasari oleh tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata
untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki
beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
- Meningkatnya
kebutuhan manusia
- Adanya
pembagian tugas sesuai dengan keahlian
- Timbulnya
pertukaran barang dan jasa
- Pertukaran
belum didasari profit motive
Ø Masa
kapitalis. Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam
menjalankan usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh).
Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi
kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari laba. Werner Sombart membagi masa
kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut:
-
Tingkat prakapitalis, yang memiliki
beberapa ciri, yaitu: Kehidupan masyarakat masih statis, Bersifat kekeluargaan,
Bertumpu pada sektor pertanian, Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, Hidup
secara berkelompok
-
Tingkat kapitalis, yang memiliki
beberapa ciri, yaitu: Kehidupan masyarakat sudah dinamis, Bersifat individual, Adanya
pembagian pekerjaan, Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan
-
Tingkat kapitalisme raya, yang memiliki
beberapa ciri, yaitu: Usahanya semata-mata mencari keuntungan, Munculnya kaum
kapitalis yang memiliki alat produksi, Produksi dilakukan secara masal dengan
alat modern, Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli, Dalam
masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh
-
Tingkat kapitalisme akhir, yang memiliki
beberapa ciri, yaitu : Munculnya aliran sosialisme, Adanya campur tangan
pemerintah dalam ekonomi, Mengutamakan kepentingan bersama
b. Friedrich
List (1789-1846). Menurutnya,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai
berikut:
Ø Masa
berburu dan pengembaraan
Ø Masa
beternak dan bertani
Ø Masa
bertani dan kerajinan
Ø Masa
kerajinan, industri, perdagangan
c. Karl Butcher (1847-1930). Menurutnya,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan
sebagai berikut:
Ø Masa
rumah tangga tertutup
Ø Rumah
tangga kota
Ø Rumah
tangga bangsa
Ø Rumah
tangga dunia
d. Walt Whiteman Rostow (1916-1979), mengungkapkan
teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of
Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5
(lima) sebagai berikut:
Ø Masyarakat
Tradisional (The Traditional Society), Merupakan masyarakat yang mempunyai
struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas, belum ada ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, terdapat suatu batas tingkat output per
kapita yang dapat dicapai
Ø Masyarakat
pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off), Merupakan
tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada dalam proses
transisi, sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi
produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri.
Ø Periode
Lepas Landas (The take off), Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk emndobrak
penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan, Kekuatan-kekuatan
yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas, Tingkat investasi yang
efektif dan tingkat produksi dapat meningkat, Investasi efektif serta tabungan
yang bersifat produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan nasional, Industri-industri
baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada mengalami ekspansi
dengan cepat.
Ø Gerak
Menuju Kedewasaan (Maturity), Merupakan perkembangan terus menerus daimana perekonoian
tumbuh secaa teratur serta lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan
teknologi modern, Investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 %
hingga 20 % dari pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara
cepat, Output dapat melampaui pertamabahn jumlah penduduk, Barang-barang
yang dulunya diimpor, kini sudah dapat dihasilkan sendiri, Tingkat perekonomian
menunjukkkan kapasitas bergerak melampau kekuatan industri pad masa take off
dengan penerapan teknologi modern
Ø Tingkat
Konsumsi Tinggi (high mass consumption)
Ø Sektor-sektor
industri emrupakan sektor yang memimpin (leading sector) bergerak ke arah
produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa. Pendapatn riil per
kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat mencapai tingkat
konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar, sandang, dan pangan, Kesempatan
kerja penuh sehingga pendapata nasional tinggi, Pendapatan nasional yang tinggi
dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi
2. Teori
Klasik dan Non Klasik
a. Teori
Klasik, diantaranya sbb.:
Ø Teori
Adam Smith,
beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada adanya
pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat
pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang
berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
Ø Teori
David Ricardo, berpendapat
bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali
lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan
tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat
digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan
mengalami kemandegan (statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan
dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.
b. Teori
Neoklasik sendiri, diungkapkan oleh Robert
Solow yang berpendapat bahwa, pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian
kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi
modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak
positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow
pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif. b.
Harrord Domar Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif,
karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal
tersebut. Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan
kerja
1.2.3
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah:
1. Faktor
Sumber Daya Manusia. Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi
juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi
yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2. Faktor
Sumber Daya Alam. Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya
alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam
saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam
yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah,
kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian
pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada
percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor
Budaya, memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur,
ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan
diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5. Sumber
Daya Modal. Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang
1.2.4
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk
suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas
dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi. Seperti yang telah diketahui, pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional [1].
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi
juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam
jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi.
1. Pembangunan
sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap yang
harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai
lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui
tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani
tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
2. Pembangunan
sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Sebagai suatu
usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu
negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat
dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat
dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan. Hal ini
dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam
kesejahteraan masyarakat.
3. Peningkatan
pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang. Suatu perekonomian
dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam
jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan
perkapita harus mengalami kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi
musibah bencana alam ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian
negara tersebut mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat
sementara yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara
rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
A. Faktor
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber
daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang,
dan hasil laut,
sangat memengaruhi pertumbuhan industri suatu
negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu,
keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan
untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai
lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan
pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang
besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil
produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas
yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk
mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk
menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang
ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
1.2.5
Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dan
Pembangunan Ekonomi
1. Pertumbuhan
ekonomi: Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang, Tidak
memperhatikan pemerataan pendapatan, Tidak memperhatikan pertambahan penduduk, Belum
tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, Pertumbuhan ekonomi belum
tentu disertai dengan pembangunan ekonomi, Setiap input dapat menghasilkan
output yang lebih banyak
2. Pembangunan
ekonomi: Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan
termasuk usaha meningkatkan produk per kapita, Memperhatikan pemerataan
pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, Memperhatikan
pertambahan penduduk, Meningkatkan taraf hidup masyarakat, Pembangunan ekonomi
selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi, Setiap input selain menghasilkan
output yang lebih banyak juga terjadi perubahan – perubahan kelembagaan dan
pengetahuan teknik.
1.2.6
Dampak Positif dan Negatif Pembangunan
Ekonomi yang berlangsung di suatu negara membawa dampak, baik positif maupun
negatif.
1. Dampak
Positif Pembangunan Ekonomi: Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan
perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses
pertumbuhan ekonomi, Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya
lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan
mengurangi pengangguran, Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya
pembangunan ekonomi secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan
nasional, Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur
perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri,
sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam
dan dinamis, Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga
dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang
dengan pesat. Dengan demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Dampak
Negatif Pembangunan Ekonomi: Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana
dengan baik mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup, Industrialisasi
mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian, hilangnya habitat alam baik hayati
atau hewani
1.3
Sejarah
Bekasi
Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, itulah sebutan
Bekasi tempo dulu sebagai Ibukota Kerajaan Tarumanagara (358-669). Luas
Kerajaan ini mencakup wilayah Bekasi, Sunda KElapa, Depok, Cibinong, Bogor
hingga ke wilayah Sungai Cimanuk di Indramayu. Menurut para ahli sejarah dan
fisiologi, leatak Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri sebagai Ibukota
Tarumanagara adalah di wilayah Bekasi sekarang.Dayeuh Sundasembawa inilah
daerah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri Kerajaan Sunda dan
seterusnya menurunkan Raja-Raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu
Ragumulya (1567-1579 M) Raja Kerajaan Sunda (disebut pula Kerajaan Pajajaran)
yang terakhir.
Wilayah Bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak
memberi infirmasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau. Diantaranya
dengan ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti
Kebantenan. Keempat prasasti ini merupakan keputusan (piteket) dari Sri Baduga
Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482-1521 M) yang ditulis dalam lima lembar
lempeng tembaga. Sejak abad ke 5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanagara abad
kea 8 Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran pada abad ke 14, Bekasi menjadi
wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni sebagai
penghubung antara pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).
Sejarah
Sebelum Tahun 1949
Kota Bekasi ternyata mempunyai sejarah yang sangat
panjang dan penuh dinamika. Ini dapat dibuktikan perkembangannya dari jaman ke
jaman, sejak jaman Hindia Belanda, pundudukan militer Jepang, perang
kemerdekaan dan jaman Republik Indonesia. Di jaman Hindia Belanda, Bekasi masih
merupakan Kewedanaan (District), termasuk Regenschap (Kabupaten) Meester
Cornelis. Saat itu kehidupan masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah
keturunan Cina.
Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan
militer Jepang. Pendudukan militer Jepang turut merubah kondisi masyarakat saat
itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor kehidupan. Nama Batavia
diganti dengan nama Jakarta. Regenschap Meester Cornelis menjadi KEN Jatinegara
yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman.Setelah
proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, struktur pemerintahan
kembali berubah, nama Ken menjadi Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan, Son
menjadi Kecamatan dan Kun menjadi Desa/Kelurahan. Saat itu Ibu Kota Kabupaten
Jatinegara selalu berubah-ubah, mula-mula di Tambun, lalu ke Cikarang, kemudian
ke Bojong (Kedung Gede).
Pada waktu itu Bupati Kabupaten Jatinegara adalah
Bapak Rubaya Suryanaatamirharja.Tidak lama setelah pendudukan Belanda,
Kabupaten Jatinegara dihapus, kedudukannya dikembalikan seperti zaman
Regenschap Meester Cornelis menjadi Kewedanaan. Kewedanaan Bekasi masuk kedalam
wilayah Batavia En Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah
negara Pasundan di bawah Kabupaten Kerawang, sedangkan sebelah Barat Bulak
Kapal termasuk wilayah negara Federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie
1948 No. 178 Negara Pasundan.
Sejarah
Tahun 1949 sampai Terbentuknya Kota Bekasi
Sejarah setelah tahun 1949, ditandai dengan aksi
unjuk rasa sekitar 40.000 rakyat Bekasi pada tanggal 17 Februari 1950 di
alum-alun Bekasi. Hadir pada acara tersebut Bapak Mu’min sebagai Residen
Militer Daerah V. Inti dari unjuk rasa tersebut adalah penyampaian pernyataan
sikap sebagai berikut :
Rakyat bekasi mengajukan usul kepada Pemerintah
Pusat agar kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi. Rakyat
Bekasi tetap berdiri di belakang Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1950 terbentuklah
Kabupaten Bekasi, dengan wilayah terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan
(termasuk Kecamatan Cibarusah) dan 95 desa. Angka-angka tersebut secara
simbolis diungkapkan dalam lambang Kabupaten Bekasi dengan motto
"SWATANTRA WIBAWA MUKTI".
Pada tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah
dari Jatinegara ke kota Bekasi (jl. H Juanda). Kemudian pada tahun 1982, saat
Bupati dijabat oleh Bapak H. Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten
Bekasi kembali dipindahkan ke Jl. A. Yani No.1 Bekasi. Pasalnya perkembangan
Kecamatan Bekasi menuntut dimekarkannya Kecamatan Bekasi menjadi Kota
Administratif Bekasi yang terdiri atas 4 kecamatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 1981, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, bekasi Selatan,
Bekasi Barat dan Bekasi Utara, yang seluruhnya menjadi 18 kelurahan dan 8 desa.
Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh
Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982, dengan walikota pertama
dijabat oleh Bapak H. Soedjono (1982 – 1988). Tahun 1988 Walikota Bekasi
dijabat oleh Bapak Drs. Andi Sukardi hingga tahun 1991 (1988 - 1991, kemudian
diganti oleh Bapak Drs. H. Khailani AR hingga tahun (1991 – 1997)
Pada Perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus
bergerak dengan cepat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup
tinggi dan roda perekonomian yang semakin bergairah. Sehingga status Kotif.
Bekasi pun kembali di tingkatkan menjadi Kotamadya (sekarang "Kota")
melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Bekasi saat itu adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun
(1997-1998).
Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan terhitung
mulai tanggal 23 Pebruari 1998 Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi
definitif dijabat oleh Bapak Drs. H Nonon Sonthanie (1998-2003). Setelah
pemilihan umum berlangsung terpilihlah Walikota dan Wakil Walikota Bekasi yaitu
: Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad (perode 2003 - 2008).
1.4
Lambang Bekasi
Melalui Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor : 01 Tahun 1998 disahkanlah
lambang daerah Kota Bekasi. Lambang tersebut berbentuk perisai dengan warna
dasar hijau muda dan biru langit yang berarti harapan masa depan dan keluasan
wawasan serta jernih pikiran. Sesanti " KOTA PATRIOT " artinya adalah
semangat pengabdian dalam perjuangan bangsa.
Di dalam Lambang Daerah tersebut terdapat lukisan-lukisan yang merupakan
unsur-unsur sebagai berikut :
a.
Bambu runcing berujung lima yang berdiri tegak dengan
kokoh mempunyai 2 (dua) makna :
·
Melambangkan hubungan vertikal Mahluk dengan Khaliknya
(Manusia dengan Tuhannya) yang mencerminkan masyarakat Bekasi yang religius.
·
Melambangkan semangat patriotisme rakyat Bekasidalam
merebut dan mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan Negara yang tidak kenal
menyerah sehingga Bekasi menyandang predikat sebagai Kota Patriot.
b.
Perisai segi lima melambangkan ketahanan fisik dan
mental masyarakat Bekasi dalam menghadapi segala macam ancaman, gangguan,
halangan dan tantangan yang datang dari manapun juga terhadap kelangsungan
hidup Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
c.
Segi empat melambangkan Prasasti Perjuangan Kerawang
Bekasi.
d.
Pilar Batas Wilayah.
e.
Padi dan Buah-buahan melambangkan jumlah Kecamatan dan
Kelurahan / Desa pada saat membentuk Kota Bekasi.
·
Buah-buahan berjumlah 7 (tujuh) besar dan 1 (satu)
kecil melambangkan 7 Kecamatan ; Pondok Gede, Jati Asih, Bantar Gebang, Bekasi
Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Utara serta 1 Kecamatan Pembantu
; Jati Sampurna.
·
Padi berjumlah 50 (lima puluh) butir melambangkan 50
Kelurahan / Desa.
f.
Tali Simpul berjumlah 10 (sepuluh) yang mengikat ujung
tangkai padi dan buah-buahan melambangkan tanggal Hari Jadi, 3 (tiga) buah Anak
Tangga penyangga Bambu Runcing melambangkan bulan Hari Jadi Kota Bekasi.
g.
Dua baris Gelombang Laut atau Riak Air melambangkan
dinamika Masyarakat dan Pemerintah Daerah yang tidak akan pernah berhenti membangun
Daerah dan Bangsanya.
Sedangkan
warna-warna dalam Lambang Daerah mengandung makna sebagai berikut :
·
Kuning : Kemuliaan
dan menunjukkan daerah Pemukiman.
·
Biru Langit : Keluasan wawasan dan kejernihan pikiran serta menunjukkan zone Industri.
·
Putih : Kesucian perjuangan.
·
Merah : Keberanian
untuk berkorban serta menunjukkan daerah Pertanian dan Hortikultura.
·
Hijau Muda: Harapan masa
depan serta menunjukkan daerah Pertanian dan
Hortikultura
·
Hitam : Ketegaran patriot sejati.
1.5
Visi
& Misi
Kota Bekasi memiliki visi Bekasi Cerdas, Sehat, dan Ihsan. Visi tersebut
dicanangkan sejak bergantinya elit pemerintahan daerah yang baru tahun 2008
untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan Kota Bekasi dalam 5 (lima) tahun
ke depan.
-
Makna dari Bekasi Cerdas adalah: mewujudkan karakter
masyarakat yang cerdas melalui penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun dan merintis wajib belajar pendidikan 12 tahun.
-
Kebijakan untuk mencapai visi tersebut:
1.
Membebaskan iuran dan pungutan bagi siswa yang
bersekolah di SD/MI Negeri
2.
Pemberian Subsisdi bagi siswa yang bersekolah di SD/MI
Swasta di Kota Bekasi.
3.
Subsidi secara bertahap untuk membebaskan iuran dan
pungutan bagi siswa untuk bersekolah di SMP/MTs Negeri
4.
Pemberian subsidi bagi siswa yang bersekolah di
SMP/MTS Swasta di Kota Bekasi.
5.
Peningkatan kesejahteraan guru dan percepatan
sertifikasi guru, demikian pula ditempuh upaya meningkatkan kualitas pendidikan
12 tahun secara berkelanjutan.
Kebijakan
Pemerintah agar Bekasi cerdas:
1.
Mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendaliaan
pembangunan.
2.
Pengembangan kapasitas diri untuk kecerdasan
dalam bekerja dan berwirausaha di lingkungan pertumbuhan
kota yang dinamis.
Kebijakan
Pemerintah agar Bekasi sehat:
1.
Mewujudkan pemerataan dan perluasan akses memperoleh
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, korban wabah, dan korban bencana.
2.
Meningkatkan kapasitas dan mutu layanan Puskesmas
Kelurahan, Kecamatan, RSUD, Perluasan Layanan Kesehatan Ibu dan Anak, serta
Lansia, demikian pula upaya penanggulangan gizi buruk dan promosi hidup sehat.
3.
Sosialisasi hidup sehat, memelihara
sanitasi lingkungan, kewaspadaan atas potensi wabah, penanggulangan narkoba,
dan penyakit menular.
4.
Mengembangkan derajat kesehatan masyarakat
melalui kegiatan olahraga, kecukupan gizi, dan berperan dalam
memelihara lingkungan yang sehat.
Kebijakan
Pemerintah agar Bekasi Ihsan:
1.
Mewujudkan karakter masyarakat yang ihsan. Ihsan
berati nilai, sikap, dan masyarakat. Ihsan berlaku bagi apartur dalam
menjalankan pemerintahan yang baik (good governance) dan berlaku
bagi warga masyarakat dalam mentaati perturan/perundangan yang berlaku.
2.
Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat untuk
berpartisipasi dalammeningkatkan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan
hidup beragama. Demikan pula warga Kota Bekasi senantiasa mengembangkan
derajat keihsanannya melalui kedisiplinan dan ketertiban sosial, dalam
membangun ketahanan sosial masyarakat perkotaan.
MISI
1.
Mengembangkan kehidupan sosial warga melalui penataan
sistem layanan pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya
2.
Mengembangkan kehidupan ekonomi warga melalui
pengembangan wirausaha yang produktif dan komoditi unggulan daerah
3.
Membangun sarana dan prasarana kota yang serasi bagi
perikehidupan warga dan pertumbuhan usaha.
4.
Menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik yang
dilandasi prinsip good governance.
5.
Mengembangkan dan mengelola implementasi sistem
perencanaan tata kota dan sistem perencanaan pembangunan Kota Bekasi secara
optimal untuk menjamin keserasian pengembangan wilayah, daya dukung lingkungan
dan antisipasi efek perubahan iklim global.
6.
Mengembangkan kualitas kehidupan beragama dan
kerukunan hidup beragama
7.
Mengelola dinamika kehidupan perkotaan melalui
penguatan ketahanan sosial, budaya, dan keamanan, daya tarik investasi, dan
kerjasama antar daerah/wilayah.
Berdasarkan visi dan misi tersebut,
terlihat jelas bahwa Kota Bekasi aktifitas peningkatan fasilitas, sarana dan
prasarana mendominasi sektor Pendidikan, Kesehatan dan Moral untuk
menumbuhkembangkan good governance dan masyarakat yang
bertakwa.
1.6
Kondisi
Geografis
Luas Wilayah dan Letak Geografis. Kota Bekasi memiliki luas wilayah
sekitar 210,49 km2, dengan batas wilayah Kota Bekasi adalah:
• Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
• Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
• Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
• Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Letak geografis : 106o48’28’’ – 107o27’29’’ Bujur
Timur dan 6o10’6’’ – 6o30’6’’ Lintang Selatan.
Topografi
Kondisi Topografi kota Bekasi dengan kemiringan antara 0 – 2 % dan terletak pada ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut.
Kondisi Topografi kota Bekasi dengan kemiringan antara 0 – 2 % dan terletak pada ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut.
• Ketinggian
>25 m : Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur
dan Pondok Gede
• Ketinggian
25 – 100 m : Kecamatan Bantargebang, Pondok Melati, Jatiasih
Wilayah
dengan ketinggian dan kemiringan rendah yang menyebabkan daerah tersebut banyak
genangan, terutama pada saat musim hujan yaitu: di Kecamatan Jatiasih, Bekasi
Timur, Rawalumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Kecamatan Pondok Melati.
Geologi dan
Jenis Tanah
Struktur
geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene volcanik facies namun
terdapat dua kecamatan yang memiliki karakteristik struktur lainnya yaitu:
• Bekasi
Utara : Struktur Aluvium
• Bekasi
Timur : Struktur Miocene Sedimentary Facies
Di Bekasi
Selatan terdapat sumur gas JNG-A (106o 55’ 8,687” BT; 06o 20’54,051”) dan Sumur
JNGB (106o 55’ 21,155” BT; 06o 21’ 10,498”)
Hidrologi
dan klimatologi
Kondisi
hidrologi Kota Bekasi dibedakan menjadi dua:
1.
Air permukaan, mencakup kondisi air hujan yang
mengalir ke sungai-sungai.
Wilayah Kota
Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai Bekasi dan
Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi mempunyai hulu di
Sungai Cikeas yang berasal dari gunung pada ketinggian kurang lebih 1.500 meter
dari permukaan air.
Air
permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali Bekasi dan
beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang selain
digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan
air minum wilayah Bekasi (kota dan kabupaten) dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi
air permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri yang terdapat
di bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di wilayah Kabupaten Bogor).
2.
Air tanah
Kondisi air
tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk digunakan sebagai
sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi, tetapi untuk daerah
yang berada di sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya kemungkinan besar
sudah tercemar.
Wilayah Kota
Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang
rendah. Kondisi lingkungan sehari-hari sangat panas. Hal ini terlebih
dipengaruhi oleh tata guna lahan yang meningkat terutama industri/perdagangan
dan permukiman. Temperatur harian diperkirakan berkisar antara 24 – 33° C.
Permukiman
Jumlah
Penduduk Kota Bekasi saat ini lebih dari 2,2 juta jiwa yang tersebar di 12
kecamatan, yaitu Kecamatan Pondok Gede, Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar
Gebang, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria,
Bekasi Utara, Mustika Jaya, Pondok Melati.
BAB II
PEMBAHASAN
Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dalam lingkungan
megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota besar keempat di Indonesia. Saat ini kota Bekasi berkembang menjadi
kawasan sentra industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban.
Secara
geografis kota Bekasi berada pada ketinggian 19 m diatas permukaan laut. Kota
ini terletak di sebelah timur Jakarta; berbatasan dengan Jakarta Timur di
barat, kabupaten Bekasi di
utara dan timur,kabupaten Bogor di selatan, serta kota Depok di
sebelah barat daya.
Dari total
luas wilayahnya, lebih dari 50 % sudah menjadi kawasan efektif perkotaan
dengan 90 % telah menjadi kawasan perumahan, 4 % telah menjadi
kawasan industri, 3 % telah digunakan untuk perdagangan, dan sisanya untuk
bangunan lainnya.[
Berdasarkan
sensus tahun 2008, kepadatan penduduknya kecamatan Bekasi
Utara merupakan
kecamatan yang terpadat di kota Bekasi dengan kepadatan 16.008 jiwa/km² dan
kecamatan Mustika
Jaya dengan
kepadatan 4.081 jiwa/km² menjadi yang terendah. Sementara pencari kerja
terdaftar di kota ini didominasi oleh tamatan SMA atau sederajat sekitar 65.6 % dari
total pencari kerja terdaftar.[ Seiring dengan pertambahan
penduduknya, beberapa kawasan pemukiman juga turut berkembang diantaranya Kemang Pratama dan Perumahan Harapan Indah dengan luas lahan seluruhnya 2000 hektar.
Selain itu pengembang Summarecon Agung juga berencana membangun kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 300 ha di kecamatan Bekasi
Utara.[7]
Untuk
melayani warga kota, tersedia bus antar kota dan dalam kota yang mengangkut
penumpang ke berbagai jurusan. Kereta komuter KRL Jabotabek jurusan
Bekasi-Jakarta Kota/Tanah Abang/Tanjung Priok mengangkut warga kota yang
bekerja di Jakarta. Selain itu tersedia pula bus pengumpan TransJakarta dari
Kemang Pratama, Galaxi City, dan Harapan Indah.
Di kota
Bekasi banyak digunakan angkutan kota berupa minibus, berpenumpang maksimal 14
orang, biasa disebut KOASI (Koperasi Angkutan Bekasi). KOASI melayani warga
kota dari terminal Bekasi menuju perumahan di wilayah kota Bekasi. Sedangkan becak dan ojek masih digunakan sebagai
sarana angkutan dalam perumahan.
Kota
Bekasi dilalui oleh Jalan Tol Jakarta-Cikampek,
dengan empat gerbang tol akses ke kota Bekasi yaitu Pondok Gede Barat, Pondok
Gede Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur. Serta jalan tol Lingkar
Luar Jakarta dengan
empat gerbang tol akses yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, dan Bintara.
Saat ini sedang dibangun Jalan Tol Becakayu dari Bekasi Utara-Cawang-Kampung
Melayu, sebagai alternatif Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Sebagai
kota satelit Jakarta, tingginya tingkat kemacetan pada jam sibuk biasa terjadi
terutama di jalan antara Jakarta dan Bekasi, hal ini tidak lepas dari masalah
ruas jalan yang tersedia sudah tidak seimbang dengan mobilitas kendaraan yang
melintas. Ditambah rusaknya sebagian besar jalan terutama di wilayah Bekasi
Utara.
Dalam
pengolahan sampah, sekitar 35 % dari timbunan sampah telah dapat dikelola,
dan pemerintah setempat telah menetapkan kawasan Bantar Gebang di selatan kota
Bekasi sebagai kawasan tempat pembuangan akhir sampah.[3]
Sementara
sebagai sumber air bersih untuk masyarakat di kota Bekasi berasal dari sumber
air permukaan. Pemerintah kota Bekasi bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Bekasidalam kepemilikan dan
pengelolaan penyedian air bersih melalui PDAM Bekasi.[10] Ada
lima unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) di lima kecamatan di kota Bekasi
dengan total kapasitas produksi sebesar 1.065 liter/detik atau sebanyak
109.728.000 liter/hari. Namun belum mencukupi kebutuhan masyarakatnya, yang
saat ini diperkirakan diperlukan kapasitas produksi sebanyak 231.597.925
liter/hari.[3]
Kota
Bekasi juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan
kreasinya, antara lain muncul dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar dan dalam dua novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Kranji-Bekasi Jatuh (1947) serta Di Tepi Kali Bekasi (1951). Karya-karya tersebut lahir
pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
Terdapat
beberapa tempat ibadah di Kota
Bekasi, yaitu Masjid Nurul Islam “Islamic Center” Bekasi, Masjid Agung
Bekasi, masjid Al-Barkah, Gereja Santo Arnoldus, dan masih banyak lagi
Pada
awalnya perekonomian Bekasi hanya berkembang di sepanjang jalan Ir. H. Juanda
yang membujur sepanjang 3 km dari alun-alun kota hingga terminal Bekasi.
Di jalan ini terdapat berbagai pusat pertokoan yang dibangun sejak tahun 1978.
Selanjutnya
sejak tahun 1993, kawasan sepanjang Jl. Ahmad Yani berkembang menjadi kawasan
perdagangan seiring dengan munculnya beberapa mal serta sentra niaga. Pertumbuhan
kawasan perdagangan terus berkembang hingga jalan K.H.
Noer Ali (Kalimalang),
Kranji, dan Harapan Indah. Beberapa pusat perbelanjaan di kota Bekasi
diantaranya Mal Metropolitan, Mega
Bekasi Hypermal,Bekasi
Square, Plaza
Pondok Gede, Grand
Mal, Bekasi
Cyber Park, Bekasi
Trade Centre, Carrefour, Giant, Makro,
dan Hypermart.
Sementara
dari kontribusi terhadap pendapatan daerah, keberadaan kawasan-kawasan industri
di kota ini mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonominya, dengan menempatkan
industri pengolahan sebagai yang utama[8], diikuti sektor perdagangan,
perhotelan, dan restoran. Meskipun sedikit, lahan pertanian yang tersebar di
bagian utara kota juga ikut menyumbang terhadap APBD kota Bekasi.
Dari hal-hal yang telah disebutkan
nampak terlihat jelas pertumbuhan perekonomian di Bekasi dan sekitarnya. Belum lagi
para UKM yang kini berjamuran. Masyarakat Bekasi yang semakin kreatif dan
memiliki inisiatif yang tinggi membuka usaha sendiri, dan otomatis ikut
memajukan perekonomian di lingkungan sekitarnya. Contohnya, seorang ibu yang
membuka usaha pembuatan sapu ijuk. Usaha tersebut membutuhkan karyawan. Beliau akhirnya
menjadikan orang-orang disekitarnya
sebagai karyawannya, dengan begitu beliau berhasil mengangkat perekonomian di
lingkungan sekitarnya.
Ibu tersebut hanyalah contoh kecil,
dari contoh-contoh lainnya. Selain itu juga masih ada usaha-usaha yang sedikit
besar yang dapat mengangkat perekonomian di sekitarnya. Selain itu kini masalah
modal bukanlah masalah yang terlalu rumit, karena kini sudah ada banyak lembaga
pembiayaan yang bersedia memberikan pinjaman bagi UKM.
Di
Bekasi pun kini sudah banyak sekali masyarakat yang memilih alternatif
waralaba, sebagai usahanya. menjamurnya bisnis waralaba menjadi indicator
penting bahwa peertumbuhan masyarakat untuk berinvestasi semakin meningkat,
tentunya waralaba murah masih menjadi idola pengembang sector bisnis kecil dan
juga mempunyai resiko relatif kecil.
Waralaba
merupakan prospek bisnis bagi UKM karena sudah terbukti dapat meningkatkan
akses pasar UKM, mensinergikan perkembangan usaha besar dengan UKM melalui
kemitraan, serta mempercepat mengatasi persoalan kesenjangan kesempatan
berusaha antara golongan ekonomi kuat yang sudah mempunyai jejaring dengan
golongan ekonomi lemah, Sistem ini juga mempercepat pemanfaatan produk dan jasa
untuk didistribusikan ke daerah-daerah, karena sistem ini memungkinkan
partisipasi dari sumberdaya daerah terlibat hingga ketingkat kecamatan, bahkan
sampai ke pedesaan.
Oleh
karena itu pertanyaan yang masih perlu dicarikan jawabannya ke depan adalah
pertama, bagaimana upaya mendorong pengusaha UKM Untuk ambil bagian dalam
bisnis waralaba berteknologi maju tersebut sehingga mereka bisa lebih
terberdayakan, yang pada gilirannya diharapkan mampu mengembangkan dirinya
secara berkelanjutan, kedua, sejalan dengan itu bagaimana upaya membangun dan
menumbuh-kembangkan sistem waralaba yang asli hasil inovasi teknologi dalam
negeri agar baik multiplier pendapatan maupun tenaga kerja seluruhnya dapat
dinikmati oleh masyarakat banyak.
Intinya,
bisnis waralaba merupakan peluang yang sangat menjanjikan bagi pengusaha UKM
yang mau mengembangkan usahanya. Walaupun bisnis waralaba sangat menjanjikan,
akan tetapi setiap usaha bisnis selalu mempunyai potensi resiko, oleh karena
itu pengelolaan bisnis secara profesional merupakan tuntutan persyaratan untuk
keberhasilan. Untuk itu diperlukan pemikiran yang cermat apabila pengusaha UKM
telah mengambil keputusan untuk terjun dalam bisnis waralaba. Untuk
memilih bentuk dan jenis waralaba yang akan dibeli, setiap UKM harus
memperhatikan manajemen, prosedur, etika dan filosofi dari waralaba yang ingin
dipilih, yaitu bagamana jaringan waralaba dimulai, seberapa luas jaringan
waralaba, apakah waralaba tersebut sudah mapan di pasar atau sedang bertumbuh,
investasi seperti apa yang dibutuhkan dll. Untuk itu hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum UKM memasuki bisnis waralaba adalah :
1. Menyeleksi
waralaba Yang akan dipilih.
2. Meyakinkan
motivasi untuk berbisnis waralaba.
3. Menghubungi
waralaba yang mempunyai prospektif baik.
4. Menyelidiki
sistem waralaba yang akan dipilih.
5. Mengevaluasi
kesempatan dan tantangan waralaba yang bersangkutan.
6. Mempelajari
sistem manajemen korporasinya.
7. Memilih
format bisnis waralaba yang akan dijalankan.
8. Melakukan
kontrak kerjasama bisnis waralaba.
Sayangnya,
tidak semua masyarakat mengerti mengenai bisnis warabala ini. Jadi tidak semua
masyarakat, terutama yang tinggal di perkampungan, terkadang menganggap
warabala membutuhkan biaya yang tinggi, selain itu mereka terkadang masih terlalu
takut untuk melebarkan atau membuka usaha sendiri (selain warung kelontongan).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bekasi
kini sudah mengalami perkembangan yang baik dalam perekonomian. Terbukti dengan
adanya mall-mall yang selalu ramai akan pengunjung, dan lain sebagainya. Gedung-gedung
tersebut juga dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran di lingkungan
sekitarnya.
Selain
itu kini masyarakat cukup kreatif dalam menciptakan usahanya sendiri. Jika tidak
memiliki ide, masyarakat dapat memilih usaha warabala. Modalpun bukan menjadi masalah
yang berat karena kini telah ada lembaga pemberi pinjaman dana.
Saran
Berdasarkan
tulisan ini, maka saran yang dapat diberikan kepada beberapa pihak adalah:
1.
Diharapkan pemerintah ikut andil dalam
penyuluhan mengenai bisnis warabala serta UKM ini, serta dapat menumbuhkan
motivasi kepada masyarakat untuk membuka usahanya sendiri,
2.
Untuk masyarakat, dalam memilih usaha warabala
yang terbaik, yang sesuai dengan lingkungannya.
3.
Jika dana dirasa kurang, masyarakat
dapat membuka usaha bersama, yang didirikan oleh lebih dari satu orang.
DAFTAR PUSTAKA